Minggu, 18 Januari 2009

REFLEKSI INOVASI PEMBELAJARAN OLEH DR.MARSIGIT PADA GURU SERTIFIKASI


FITUR:
Model yang berpusat pada siswa. Siswa didorong untuk membuat pilihan-pilihan belajar berbasis minat. Perbedaan siswa dikaji sebagai dasar untuk merencanakan.

Landasan Teoritis:
Teori Kognitif dan Konstruktivis. Fokus pada multiple inteligences-lah yang tampak menonjol. Digunakan banyak penataan instruksional. Keunggulan didefinisikan dalam ukuran luas berdasarkan pertumbuhan individu mulai dari titik awal.

Peran Guru:
Guru membangun berbagai kondisi untuk bahan penyelidikan siswa; melibatkan siswa dalam perencanaan;mendorong dan menerima ide-ide siswa; dan memberi otonomi dan pilihan pada siswa.
Guru memfasilitasi ketrampilan siswa agar dapat menjadi pelajar-pelajar yang otonom/mandiri.
Guru menggunakan teknologi untuk meningkatkan produktivitas dan praktik profesionalnya.
Guru memahami isu sosial, etik, hukum dan kemanusiaan di seputar penggunaan teknologi di sekolah dan menerapkan apa yang dipahami itu di dalam praktik.
Guru merancang dan merencanakan lingkungan dan pengalaman belajar yang efektif yang ditunjang teknologi.

Peran Siswa:
Siswa lebih sering berperan aktif; berinteraksi dengan sesama siswa dan berpartisipasi diberbagai kegiatan investigasi dan mengatasi masalah.
Siswa membantu siswa-siswa lain dan guru dalam mengatasi berbagai masalah.
Siswa bekerja bersama guru dalam menetapkan tujuan belajar seluruh kelas maupun individual. Kesiapan, minat, dan profil belajar siswa menentukan bentuk pengajaran.

Sumber Ajar:
Dapat dari buku teks, Blog atau internet, ICT

Tugas Perencanaan:

Keseimbangan antara input guru dan siswa; terkait secara fleksibel dengan standar dan tujuan kurikulum.
Waktu digunakan secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan siswa.

Lingkungan Belajar:
Struktur longgar; ditandai oleh proses-proses yang demokratis, pilihan, dan otonomi untuk berpikir dan menyelidiki.

Prosedur Asesmen:

Menyandarkan diri pada prosedur dan proses asesmen autentik dan asesmen performance. Siswa diases dengan banyak cara. Asesmen dilakukan terus menerus dan bersifat diagnostik.Guru menerapkan teknologi untuk memfasilitasi berbagai strategi asesmen dan evaluasi yang efektif.

PENDIDIKAN YANG MENGEDEPANKAN PROSES DIALOG DALAM PEMERDEKAAN DAN PENCERAHAN KEMANUSIAAN



Proses belajar tidak hanya sekedar karena seseorang mendapatkan stimulus dari lingkungannya dan meresponnya tetapi lebih sering terjadi karena pelaku belajar (peserta didik) berkomunikasi/terjadi proses dialog dengan individu lainnya. Proses pendidikan terjadi karena komunikasi personal (dialog). Dalam diri pelaku belajar atau siswa terjadi transaksi akibat komunikasi dua arah atau lebih yang masing-masing peserta didik mendapat kesempatan, baik selaku inisiator maupun mereaksi komunikasi.
Komunikasi/dialog itu dapat berlangsung secara akrab, intensif dan mendalam. Oleh karena itu menurut teori humanistik (teori sosial) dalam belajar berdasarkan teori sosial terdapat empat fase; yaitu : perhatian, retensi, reproduksi, dan motivasi.
Manusia akan belajar apa saja sepanjang dia membutuhkan. Dia tidak peduli dengan kognitif yang aktual atau pengalaman yang telah dialaminya. Menurut teori humanistik, dalam konteks belajar yang diciptakan, manusia akan belajar apa saja yang dibutuhkan. Konsep ini memberikan perubahan besar bagi konsep pembelajaran yang bertumpu pada pembelajar. Pembelajar itu sangat individual. Oleh karena itu jika ingin berhasil dalam pembelajaran perhatikan kebutuhan individual dalam belajar.
Untuk mengadaptasi teori humanistik dalam pembelajaran kita perlu memahami bahwa pembelajar adalah organisme yang butuh memahami dirinya sendiri dan mengkomunikasikan dirinya kepada orang lain secara bebas dan aman. Guru sebagai fasilitator harus memberikan konteks pengiring untuk belajar dan tidak memberikan misi pribadi guru untuk dipaksakan pada siswa berdasarkan pengalaman guru sebelumnya. Prinsip memahami peserta didik sebagai subyek pembelajaran sebelum pendidik dipahami oleh peserta didik merupakan kunci untuk melakukan komunikasi antar pribadi yang efektif. Kunci untuk menghargai perbedaan peserta didik ialah menyadari bahwa semua orang memandang dunia tidak tunggal tetapi majemuk. Pembelajaran yang memerdekakan dan mencerahkan manusia adalah pembelajaran yang didalamnya terdapat interaksi dua arah antara guru dan siswa. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberikan reaksi, bisa bertanya maupun memberikan tanggapan kritis tanpa ada perasaan takut. Pembelajaran yang demokratis memungkinkan terjadinya proses dialog yang berujung pada pencapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan kompetensi dan potensi peserta didik. Prinsip belajar yang relevan adalah belajar bagaimana belajar. Artinya target pembelajaran di kelas bukan hanya sekedar penguasaan materi, melainkan siswa harus belajar bagaimana belajar. Ini bisa terjadi apabila dalam kegiatan pembelajaran siswa telah dibiasakan untuk berpikir mandiri, berani berpendapat dan berani bereksperimen.

Peran Guru Dalam Pembaruan Pendidikan


Aktivitas proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan, dan guru sebagai salah satu pemegang utama di dalam menggerakkan kemajuan dan perkembangan dunia pendidikan. Agar proses pembelajaran berhasil dan mutu pendidikan meningkat (terjadi pembaruan), maka diperlukan guru yang memahami dan menghayati profesinya, dan tentunya guru yang memiliki wawasan pengetahuan dan keterampilan sehingga membuat proses pembelajaran aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan. Perubahan peran guru yang tadinya sebagai penyampai pengetahuan dan pengalihan pengetahuan dan ketrampilan, serta merupakan satu-satunya sumber belajar, berubah peran sebagai pembimbing, pembina, pendidik, pengajar dan pelatih. Dalam kegiatan pembelajaran, guru akan bertindak sebagai fasilitator yang bersikap akrab dengan penuh tanggung jawab, serta memperlakukan peserta didik sebagai mitra dalam menggali dan mengolah informasi menuju tujuan belajar mengajar yang telah direncanakan. Guru dalam melaksanakan tugas profesinya dihadapkan pada berbagai pilihan, seperti cara bertindak bagaimana yang paling tepat, bahan belajar yang paling sesuai, metode penyajian bagaimana yang paling efektif, alat bantu apa yang paling cocok, langkah-langkah apa yang paling efisien, sumber belajar mana yang paling lengkap. Sistem evaluasi apa yang paling tepat dan sebagainya.

Guru sebagai pelaksana tugas otonom diberikan keleluasaan untuk mengelola pembelajaran, apa yang harus dikerjakan oleh guru dan guru harus dapat menentukan pilihannya dengan mempertimbangkan semua aspek yang relevan atau menunjang tercapainya tujuan. Dalam hal ini, guru bertindak sebagai pengambil keputusan.
Guru sebagai pihak yang berkepentingan secara operasional dan mental harus dipersiapkan dan ditingkatkan profesionalnya, karena hanya dengan demikian kinerja mereka dapat efektif. Apabila kinerja guru efektif maka tujuan pendidikan akan tercapai. Yang dimaksud dengan profesionalisme di sini adalah kemampuan dan ketrampilan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dan evaluasi hasil belajar siswa. Guru yang profesional harus sudah meninggalkan pandangan yang beranggapan mengajar hanya sebatas menyampaikan ilmu pengetahuan, karena sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan perkembangan zaman.
Setidaknya ada tiga alasan penting yang mendasari perlunya ada pembaruan/perubahan dalam paradigma pembelajaran. Ketiga hal tersebut sebagai berikut:
Pertama, siswa bukan orang dewasa dalam bentuk mini, tetapi mereka adalah organisme yang sedang berkembang. Agar siswa dapat melaksanakan tugas-tugas
perkembangannya, dibutuhkan orang dewasa yang dapat mengarahkan dan membimbing mereka agar tumbuh dan berkembang secara optimal. Oleh karena itulah, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi yang memungkinkan setiap siswa dapat dengan mudah mendapatkan berbagai informasi. Tugas dan tanggung jawab guru bukan semakin sempit, namun justru semakin kompleks. Guru bukan hanya sekedar dituntut aktif mencari informasi yang dibutuhkan, akan tetapi ia juga harus mampu menyeleksi berbagai informasi, sehingga dapat menunjukkan pada siswa informasi yang dianggap perlu dan penting untuk kehidupan siswa. Guru harus menjaga siswa agar tidak terpengaruh oleh berbagai informasi yang dapat menyesatkan dan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan siswa. Karena itu, kemajuan teknologi menuntut perubahan perang guru dalam pembelajaran. Guru tidak lagi memposisikan diri sebagai sumber belajar yang bertugas menyampaikan informasi, tetapi harus berperan sebagai pengelola sumber belajar untuk dimanfaatkan siswa.
Kedua, ledakan ilmu pengetahuan mengakibatkan kecenderungan setiap orang tidak mungkin dapat menguasai setiap cabang keilmuan. Bahkan belajar tidak hanya sekedar menghafalkan informasi/rumus-rumus, tetapi bagaimana menggunakan informasi dan pengetahuan itu untuk mengasah kemampuan berpikir.
Ketiga, penemuan-penemuan baru khususnya dalam bidang psikologi, mengakibatkan pemahaman baru terhadap konsep perubahan tingkah laku manusia. Dewasa ini anggapan manusia sebagai organisme yang pasif yang perilakunya dapat ditentukan oleh lingkungan seperti yang dijelaskan dalam aliran behavioristik telah banyak ditinggalkan orang. Pandangan terbaru dalam bidang psikologi mengatakan bahwa manusia adalah organisme yang memiliki potensi seperti yang dikembangkan oleh aliran kognitif holistik. Potensi itulah yang menentukan perilaku manusia. Oleh karena itu, proses pendidikan bukan lagi memberikan stimulus, akan tetapi usaha mengembangkan potensi yang dimiliki. Di sini, siswa tidak lagi dianggap sebagai objek, tetapi sebagai subjek belajar yang harus mencari dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan itu tidak diberikan guru, tetapi dibangun sendiri oleh siswa.
Ketiga hal di atas, menuntut perubahan makna dalam pembelajaran. Pembelajaran jangan diartikan sebagai proses menyampaikan materi pembelajaran, atau memberikan stimulus sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi lebih dipandang sebagai proses mengatur lingkungan agar siswa belajar sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki.

SOSOK GURU MATEMATIKA YANG IDEAL


Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus, yang pekerjaan utamanya mendidik, mengajar, membimbing, melatih dan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran. Guru yang ideal harus memiliki kualifikasi akademik minimal D4/S1 dan kompetensi sebagai agen pembelajaran yang meliputi kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional dan sosial. Kompetensi guru sebagai agen pembelajara secara formal dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Kualifikasi akademik minimum diperoleh melalu pendidikan tinggi dan sertifikat kompetensi pendidik diperoleh setelah lulus tes ujian sertifikasi. Kompetensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seorang guru yang berprofesi (ideal). Guru yang ideal harus memiliki empat kompetensi dan indikator esensialnya sebagai berikut:
1) Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
Elemen kepribadian tersebut dapat dijabarkan menjadi sub kompetensi dan indikator yang mantap dan stabil.
a) Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil.
- bertindak sesuai dengan norma hukum
- bertindak sesuai dengan norma sosial
- bangga sebagai pendidik
- memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma

b) Memiliki kepribadian yang dewasa
- Menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai pendidik
c) Memiliki kepribadian yang arif
- Menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat
- Menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak
d) Memiliki kepribadian yang berwibawa
- Memiliki perilau yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
e) Memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan
- Bertindak sesuai dengan norma religius dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik

2) Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman peserta didik dan mengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
Elemen kompetensi pedagogik tersebut dapat dijabarkan menjadi:
a) Memahami peserta didik
- Memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif
- Memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian
- Mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik
b) Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasarn pendidikan untuk kepentingan pembelajaran
- Menerapkan teori belajar dan pembelajaran
- Menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai dan materi ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
c) Melaksanakan pembelajaran
- Menata latar (setting) pembelajaran
- Melaksanakan pembelajaran yang kondusif
d) Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran
- Melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar
- Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar
- Memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.
e) Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya
- Memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi akademik dan menfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi non akademik


3) Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi matematika secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut, serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru.
Elemen kompetensi tersebut memiliki subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut:
a) Menguasai substansi keilmuan yang terkaid dengan bidang studi matematika
- Memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah
- Memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar.
- Memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait.
- Menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.

b) Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan/materi bidang studi matematika.


4) Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Elemen kompetensi sosial memiliki subkompetensi dan indikator sebagai berikut:
a) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik
- Berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik
b) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.
c) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Guru yang ideal adalah selalu tampil secara profesional, menciptakan fasilitas untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Guru yang ideal adalah insan yang banyak ditiru dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, bertanggungjawab, yang melaksanakan tugas berpegang teguh pada prinsip ”Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.”

Guru yang ideal adalah keberhasilan guru dalam mengkreasi lingkungan belajar secara positif (creating positive learning environment) dan memperdayakan siswa (empowering students) untuk memahami dan menjadi efektif dalam melibatkan diri pada proses pengelolaan kelas dan proses pembelajaran.
Guru yang ideal harus memahami dan melaksanakan beberapa metode inovatif atau orientasi baru yang menjadi fokus kerja manajemen kelas, diantaranya meliputi:
1) Perhatian yang lebih besar pada aspek pendidikan multikultural dan isu-isu gender.
2) Pengembangan fokus ke arah pencerahan kebutuhan siswa, gaya belajar, kultur pembelajaran, dan metode pengelolaan perilaku yang digunakan di kelas.
3) Pengembangan fokus ke arah keterlibatan siswa secara aktif dalam memahami dan mengambil tanggung jawab bagi lingkungan belajarnya dan untuk mendemonstrasikan perilaku positif. Siswa sebagai subyek pembelajaran.
4) Pengembangan studi kasus mengenai bagaimana menciptakan sosok manajemen kelas yang efektif.
5) Perluasan rencana-rencana baru dalam kerangka membangun manajemen kelas yang efektif, serta penentuan strategi proses dan metode yang akurat untuk mengimplementasikannya.
6) Gagasan-gagasan baru mengenai cara guru bekerja untuk memecahkan masalah-masalah keprilakuan khusus yang dialami oleh siswa dalam keseluruhan mainstreams kehidupan untuk dimanipulasi menjadi potensi kondusif di dalam dan di lingkungan kelas.

Guru yang ideal adalah guru yang trampil dalam manajemen kelas. Ketrampilam manajemen kelas (classroom management skills) menduduki posisi primer dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran yang diukur dari efektivitas proses belajar siswa. Guru-guru yang rendah ketrampilannya dalam bidang manajemen kelas, barangkali tidak dapat menyelesaikan banyak hal yang menjadi tugas pokoknya. Konsep manajemen kelas mencakup segala hal, yaitu guru harus merangsang keterlibatan dan kerjasama siswa di dalam keseluruhan aktivitas kelas dan menata lingkungan kerja menjadi produktif bagi proses pendidikan dan pembelajaran. Kinerja manajemen kelas yang efektif memungkinkan lahirnya roda penggerak bagi penciptaan pemahaman diri, evaluasi diri dan internalisasi kontrol diri pada kalangan siswa.
Implikasinya dengan guru matematika yang ideal di samping hal tersebut di atas, maka seorang guru matematika harus menguasai, memahami dan melaksanakan pembelajaran dan penilaian hasil belajar matematika pada aspek pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi, dan pemecahan masalah pada peserta didik.

Indikator pemahaman konsep di antaranya peserta didik mempunyai:
1) Kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep.
2) Kemampuan mengklasifikasi obyek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya.
3) Kemampuan memberi contoh dan bukan contoh.
4) Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.
5) Kemampuan mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep.
6) Kemampuan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu.
7) Kemampuan mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah.

Indikator penalaran dan komunikasi, di antaranya siswa mempunyai:
1) Kemampuan mengajukan alasan.
2) Kemampuan manipulasi matematika.
3) Kemampuan menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi.
4) Kemampuan memeriksa kesahihan suatu argumen.
5) Kemampuan menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.

Indikator pemecahan masalah, di antaranya siswa mempunyai:
1) Kemampuan menunjukkan pemecahan masalah.
2) Kemampuan mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam pemecahan masalah.
3) Kemampuan menyajikan masalah secara matematik dalam berbagai bentuk.
4) Kemampuan memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat.
5) Kemampuan mengembangkan strategi pemecahan masalah.
6) Kemampuan membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah.
7) Kemampuan menyelesaikan masalah yang tidak rutin.

Sesuai dengan paparan tersebut di atas, maka seorang guru akan menjadi sosok guru (matematika) yang ideal manakala mau dan mampu, memahami dan melaksanakan, menerapkan dan mengimplementasikan apa-apa yang telah dipaparkan di atas dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga, mampu mengedepankan sikap dan perilaku yang profesional, semoga.

DEMOKRASI DAN PENDIDIKAN


Keberhasilan kita dalam pendidikan atau organisasi dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berasal dari dalam maupun dari luar diri kita. Dalam dunia pendidikan perlu kita pertanyakan ”apa yang kita lakukan” dan ”mengapa kita lakukan”, ”bagaimana kita melakukan” dan ”keinginan untuk melakukan”. Pertanyaan tersebut akan dapat mendasari bagaimana perilaku, sikap dan cara pandang kita terhadap dunia pendidikan. Apakah yang kita lakukan sudah memberikan kebebasan yang adil terhadap pertumbuhan dan perkembangan pendidikan, peserta didik dan terhadap dunianya peserta didik itu sendiri. Bagaimana dunia pendidikan dapat kita sesuaikan dengan dunia anak dengan pendekatan kesadaran diri, imajinasi, dan berdasarkan hati nurani dan dapat menumbuhkan kemauan mandiri (kemampuan membuat keputusan dan memilih serta bertindak sesuai dengan keputusan dan pilihan peserta didik sendiri)
Prinsip memahami peserta didik sebagai subyek pendidikan sebelum pendidik dipahami oleh peserta didik merupakan kunci untuk melakukan komunikasi antar pribadi yang efektif, yaitu membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara/berbuat. Kebanyakan orang mendengarkan tidak dengan tujuan untuk dapat memahami, mereka mendengarkan dengan tujuan untuk menjawab. Mereka menggunakan cara pandangnya sendiri, tidak dapat menerima pandangan orang lain. Banyak di antara kita (pendidik) yang termasuk dalam kasus di atas. Kita menggunakan kebenaran menurut cara pandang kita sendiri. Kita ingin dipahami tapi kadang tidak mau memahami. Sebetulnya yang dibutuhkan adalah kemampuan untuk mendidik dengan empatik, yaitu memahami pendidikan dengan tujuan untuk dipahami. Memahami orang lain membutuhkan pertimbangan sedang dipahami oleh orang lain memerlukan keberanian.
Menghargai perbedaan merupakan esensi sinergi, perbedaan mental emosional dan psikologis yang demokratis. Kunci untuk menghargai perbedaan peserta didik dan atau pendidik ialah menyadari bahwa semua orang memandang dunia tidak tunggal tetapi majemuk. Pembelajaran yang demokratis adalah pembelajaran yang didalamnya terdapat interaksi dua arah antara guru dan siswa. Guru memberikan bahan pembelajaran dengan selalu memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberikan reaksi, siswa bisa bertanya maupun memberi tanggapan kritis tanpa ada perasaan takut. Pembelajaran yang demokratis memungkinkan terjadinya proses dialog yang berujung pada pencapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan kompetensi dan potensi peserta didik. Prinsip belajar yang relevan adalah belajar bagaimana belajar. Artinya target pembelajaran di kelas bukan sekedar penguasaan materi, melainkan siswa harus belajar juga bagaimana belajar. Ini bisa terjadi apabila dalam kegiatan pembelajaran siswa telah dibiasakan untuk berpikir mandiri, berani berpendapat dan berani bereksperimen.
Di sini pendidik harus sadar dan mampu membangun gaya belajar siswa, dimana setiap siswa memiliki gaya belajar yang unik dan harus diberi kebebasan dalam menjalaninya. Demokrasi dan pendidikan lebih memberi kebebasan pada pengembangan potensi yang bersumber dari kecerdasan bawaan seperti:
1. Kecerdasan linguistik yang dimiliki oleh seorang novelis, penyair, penulis,
orator, editor dan jurnalis.
2. Kecerdasan logika matematika, misalnya pada ahli matematika, ilmuwan,
akuntan, pengacara dan sebagainya.
3. Kecerdasan visual, musikal, kinestik dan lain-lain.

Dunia pendidikan adalah tempat yang pertama dan utama sebagai sarana untuk ”mematangkan demokrasi” para calon agen perubahan untuk mengembangkan sikap bertanggung jawab, berpikir mandiri, bebas, kreatif dan inovatif. Semoga.

Senin, 12 Januari 2009

refleksi final persiapan perencanaan pembelajaran

FINAL REFLEKSION PERENCANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Sesuai apa yang telah disampaikan oleh Bapak Dr. Marsigit persiapan pembelajaran matematika digolongkan menjadi dua kategori utama yaitu : Persiapan umum dan persiapan khusus. Persiapan umum meliputi kajian dan penyesuaian paradigma dan teori pendidikan dan pembelajaran matematika inovatif dan implementasinya,baik menyangkut hakekat matematika sekolah, tujuan pendidikan matematika, hakekat tugas dan fungsi guru matematika, hakekat siswa belajar matematika, hakekat metode pembelajaran matematika, dan hakekat sumber belajar matematika. Sedangkan Persiapan Khusus meliputi persiapan yang terkait dengan persiapan pembelajaran matematika di kelas.Persiapan khusus dimulai dengan analisis kurikulum(KTSP) yang meliputi standar isi , standar kompetensi,kompetensi dasar,Tujuan pembelajaran,Pemetaan,Indikator,Strategi belajar mengajar,dan penilaian.Persiapan Khusus yang akhirnya menghasilkan RPP(lesson plan). Hal-hal yang perlu mendapat perhatian pada persiapan khusus pembelajaran matematika adalah perlu dikembangkan beberapa skema meliputi :Struktur Pembelajaran (Pendahuluan,kegiatan inti,dan Penutup). Skema pencapaian kompetensi (Will,Attitude,Knowledge,Skill, dan Exsperience).Skema Interaksi (klasikal, kelompok, dan individu). Skema variasi Metode ( deduktif dan induktif). Skema variasi media atau alat bantu pembelajaran (LKS dan Alat Peraga) dan variasi sumber belajar(buku text, internet, atau Blog dan ICT).
Dijelaskan juga bahwa Will dalam pencapaian kompetensi mencakup didalamnya terdapapat : motivasi,apersepsi,berdoa, niat,ibadah, rasa optimis, rasa senang.Dijelaskan lebih lanjut bahwa dari Naluri/insting → Energi → Motivasi → Kegiatan/Aktivitas.
Energi yang didasari alasan →bertujuan Energi yang diarahkan hasil pendidikan → aktivitas komplek Energi lemah/tak berarah → aktivitas acak Energi yang potensi → fakta
Dijelaskan juga apersepsi dan motivasi tidak hanya bercerita tapi harus juga berbuat.

Menurut Hermenetutic cycle hidup adalah diterjemahkan dan menerjemahkan.
Hermeneutic Cycle text


Interpretation Interpretation